Kehidupan Beragama Dalam Perkemahan

Kehidupan Beragama Dalam Perkemahan

Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi peserta didik dibantu oleh pembinanya, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota asyarakat.

Menerima secara sukarela Prinsip Dasar Kepramukaan adalah hakekat pramuka, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial, maupun individu yang menyadari bahwa diri pribadinya: Mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai tata-cara dari agama yang dipeluknya serta menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia inilah yang menjadi pondasi bagi setiap peserta didik untuk mengasah jiwa sosialnya (emotional quotient dan spiritual quotient), jiwa kepemimpinannya, kemampuan kerjasamanya, kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan memimpin serta dipimpin serta kemampuan mentaati peraturan yang ditetapkan oleh kelompok, baik tertulis maupun tidak.

Sebagaimana yang termaktub dalam Tri Satya dan Dasadarma, bahwa kewajiban menjalankan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah merupakan tujuan utama bagi peserta didik sekaligus para pembina. Perkemahan sebagai alat pendidikan adalah sarana yang paling tepat dan lengkap untuk mewujudkan kehidupan beragama tersebut. Dikatakan tepat karena perkemahan merupakan bentuk mini (replika) kehidupan dalam masyarakat. Dikatakan lengkap karena dalam perkemahan memungkinkan berbagai metode kepramukaan diwujudkan di sana, termasuk di dalamnya kehidupan beragama

Materi Pokok
Pada prinsipnya, kehidupan beragama dalam perkemahan diarahkan dalam rangka terbentuknya pribadi yang beriman dan bertaqwa/IMTAQ (kehidupan yang religius), meningkatkan peran serta dan inisiatif para peserta didik untuk menjaga dan membina diri serta lingkungannya sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Selain itu pembinaan peserta didik juga diharapkan mampu memberikan dasar-dasar : 
  1. Saling menghormati antar pemeluk agama
  2. Menjalankan ibadah khusus dan umum sesuai agamanya
  3. Doa-doa harian yang diajarkan dalam agamanya masing-masing

Arah Pembinaan
Membina ke arah terbentuknya karakter dan kepribadian religius  yang dicerminkan dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku sehari-hari, yang terdiri dari :
  • Pembinaan keyakinan mengarah kepada upaya menumbuhkan keyakinan dan keimanan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa : Pencipta, Pemelihara, Pemilik, dan Penguasa alam raya. 
  • Pembinaan sikap mengarah kepada upaya pembentukan perilaku santun, bersih, amanah, peduli, dan bertanggung jawab. 
  • Pembinaan ibadah mengarah pada pembiasaan melaksanakan aktivitas rutin sholat wajib dan sunnah, dzikir/mengingat kekuasaanNya, do'a-do’a, serta membaca kitab suci.


Strategi Pembinaan
Melalui kegiatan Pembiasaan
1. Pengertian Pembiasaan 
Pembiasaan (habituation) merupakan “proses pembentukan  sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang”.
Ciri-ciri sikap atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan adalah :
  • relatif menetap 
  • tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi
  • bukan merupakan proses kematangan, tetapi sebagai hasil pengalaman atau belajar 
  • tampil secara berulang-ulang sebagai respon terhadap stimulus yang sama

2. Ruang lingkup pembiasaan yang akan dikembangkan
  • Kesadaran mengikuti aturan (sense of order)
  • Kesadaran akan pentingnya hal yang detail (sense of detail)
  • Kesadaran akan kemandirian (sense of autonomy)
  • Keterampilan pengelolaan diri (self management skills).


Lingkup pembiasaan di atas mengacu kepada teori  tugas-tugas perkembangan  anak. Dalam proses pembiasaan, pencapaian tugas perkembangan awal menentukan pencapaian tugas perkembangan selanjutnya. 
Dalam pelaksanaannya perlu diidentifikasi terlebih dahulu tentang kemampuan awal masing-masing peserta didik sesuai dengan usianya.

Strategi  pembiasaan 
1. Peserta didik
Perlu identifikasi tingkat kemampuan awal dari masing-masing peserta didik. Setelah itu dilakukan pengelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang lebih kurang sama.
Dalam membuat pengelompokkan diusahakan agar jumlah anggota kelompok antara 8-10 orang agar kerja kelompok menjadi lebih efektif. 

2. Pembina 
Di setiap regu sebaiknya terdiri dari 2 orang pembina yang bertugas  sebagai fasilitator dan sebagai observer. Untuk itu pembina harus memiliki kualifikasi sebagai fasilitator dan observer. Adapun  kemampuan yang harus dimiliki tersebut adalah sebagai berikut.

Keterampilan Umum
  • Komunikasi lisan dan mengajar
  • Fleksibilitas dan kapasitas pengetahuan
  • Antusiasme
  • Kemampuan bekerja dalam tekanan
  • Kepekaan hubungan antar manusia
  • Pendengar yang baik

Keterampilan Khusus 
  • Pengetahuan tentang belajar terstruktur (structure learning)
  • Kemampuan memberi petunjuk tentang belajar terstruktur kepada siswa
  • Kemampuan untuk merancang dan memberi contoh-contoh hidup yang kongkrit
  • Kemampuan untuk melaksanakan dan menjaga kelangsungan role playing
  • Kemampuan untuk menyediakan bahan-bahan dan format-format yang dibutuhkan
  • Kemampuan untuk mengelola masalah-masalah di dalam kelas secara efektif
  • Kepekaan dan ketepatan dalam pemberian fead back (koreksi) 

Tahapan Kegiatan Pembiasaan
Adapun tahapan dalam melaksanakan pembiasaan ini , sebagai berikut :
  1. Mengidentifikasi tingkat kemampuan awal peserta didik
  2. Menetapkan prioritas keterampilan yang akan dikembangkan
  3. Melakukan intervensi 
  4. Melakukan evaluasi
Metode
1. Modelling
Adalah belajar melalui imitasi, nama lainnya disebut sebagai copying, emphatic learning, observational learning, identification, vicarious learning, matched-dependent behavior
2. Role playing
Yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim peran tersebut (Maun,1956). Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan
3. Simulation
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan situasi atau perilaku yang sebenarnya 
4. Performance feedback
Adalah informasi-informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing. Bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik dan dorongan
5. Tranfers of training
Seberapa jauh apa yang didapat didalam pelatihan mampu/ bermanfaat bagi kehidupan sehari-harinya
6. Diskusi Kasus
Berupa kegiatan untuk memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar
7. Permainan/games
8. Demonstrasi

Alternatif Kegiatan
  1. Sholat shubuh atau kebaktian pagi
  2. Membaca doa di pagi hari bersama-sama
  3. Senantiasa mengucapkan salam dan berjabat tangan jika bertemu dengan sesama
  4. Memasang atribut yang bernafaskan agama di sekitar perkemahan
  5. Membuat piket kegiatan keagamaan. Mis. Jadwal imam, adzan, kultum dan mempersiapkan tempat sholat/ibadah
  6. Senantiasa membaca doa sebelum dan sesudah makan atau sbelum dan sesudah melakukan aktifitas lainnya
  7. Senantiasa sholat berjama’ah/ berdoa bersama-sama.
  8. Dll.


Penutup
Mewujudkan IMTAQ dalam diri peserta didik adalah pondasi utama dalam membentuk watak dan karakter. IMTAQ juga yang melandasi kehidupan kita sehari-hari. Salah satu upaya untuk meningkatkannya adalah dengan menggunakan sarana perkemahan. Mewujudkan kehidupan beagama dalam perkemahan merupakan strategi yang sangat tepat untuk mewujudkannya.
Peran aktif dari peserta didik dengan penuh kesadaraan adalah modal dasar terciptanya kehidupan beragama dalam perkemahan. Tentunya harus didukung oleh orang dewasa di sekitarnya dalam hal ini para pembina, baik sebagai educator, motivator, advisor dan supervisor (EMAS).

Diharapkan nantinya muncul kehidupan beragama yang lebih baik dalam kehidupan sehari-sehari para peserta didik sebagai sebuah hasil nyata dari pembinaan kehidupan beragama di dalam perkemahan.

Kepustakaan
  1. AD & ART GERAKAN PRAMUKA 2009.
  2. Aids to Scoutmastership, Panduan Pembina untuk Membina Penggalang, Pustaka Tunas media, 2008.


0 comments:

Post a Comment