Diskusi Sebagai Alat Pendidikan

Diskusi Sebagai Alat Pendidikan - Gerakan Pramuka melatih anak-anak untuk belajar memimpin dan dipimpin. Latihan-latihan ini tercermin secara nyata dalam sistem beregu (patrol system), di mana setiap saat yang disepakati Pemimpin Barung/Regu/Sangga/ dan Reka dilakukan bergilir atau bergantian.

Dalam pendidikan Kepramukaan Pembina bukan sebagai penentu kegiatan, karena kegiatan diputuskan melalui rapat Dewan Satuan. Oleh karena itu perlu pembelajaran dalam merumuskan kesepakatan melalui teknik diskusi.

Metode Diskusi adalah Suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku peserta didik  dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat meransang siswa dalam belajar dan berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.
Prinsip-prinsip dalam diskusi.
  • Melibatkan peserta didik  secara aktif dalam diskusi yang diadakan.
  • Diperlukan ketertiban dan keteraturan dalam megemungkakan pendapat secara bergilir di pimpin oleh seorang ketua atau moderator.
  • Masalah yang didiskusikan disesuaikan dengan perkembangan dan  kemampuan peserta didik 
  • Pembina/Pelatih berusaha mendorong peserta didiknya  yang kurang aktif untuk melakukan atau mengeluarkan pendapatnya.
  • Peserta didik  dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui atau menentang pendapat
Metode diskusi sangat sesuai digunakan bilamana:
  • Materi yang disajikan bersifat umum (pengetahuan umum).
  • Untuk pengembangan sikap atau tujuan-tujuan pembelajaran yang  efektif.
  • Untuk tujuan-tujuan yang bersifat analisis sistensis, dan tingkat pemahaman yang tinggi.

Keunggulan Metode Diskusi:
  • Suasana kelas menjadi bergairah, di mana para peserta didik melibatkan diri secara aktif dalam diskusi yang diadakan. 
  • Peserta didik dapat mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan.
  • Dapat menjalin hubungan antara individu peserta didik hingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokratis, berfikir kritis dan sistematis.
  • Hasil diskusi dapat dipahami oleh peserta didik karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi

Kelemahan-kelemahan metode diskusi
  • Adanya sebagian peserta didik yang kurang bepartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertangung jawab terhadap hasil diskusi.
  • Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang.
  • Peserta didik mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistimatis.

Tugas-tugas pelatih/pembina/fasilitator dalam diskusi
  • Dapat bertindak sebagai pimpinan dalam diskusi
  • Mengusahakan jalannya diskusi agar tidak terjadi dialog atau hanya sekedar tanya jawab antara pelatih/Pembina/fasilitator dan peserta didik atau antara dua orang saja.
  • Sebagai moderator yang dapat mengamankan, menolak atau menyampaikan pendapat dan usul-usul kepada peserta diskusi.

Langkah-langkah yang perlu dalam pelaksanaan diskusi:
  •  Pemilihan topik yang akan didiskusikan.
  •  Dibentuk kelompok-kelompok diskusi, atau berbagai ragam teknik diskusi lainnya.
  • Pelaksanaan diskusi dalam kelompok/kelas masing-masing.
Jenis-Jenis Diskusi:
  • Whole Group: Bentuk diskusi kelas dimana para peserta duduk setengah lingkaran. Seluruh peserta aktif menyatakan pendapat/ gagasannya.
  • Diskusi Kelompok: Diskusi yang terdiri dari 3 - 10 orang peserta. Peserta berdiskusi di terpisah menurut kelompoknya masing-masing.
  • Buzz Group: Bentuk diskusi sebenarnya merupakan diskusi informal, di mana seorang fasilitator melemparkan masalah, kemudian peserta didik mendiskusikan dengan teman-teman di sampingnya yang terdiri dari dua atau tiga orang, sehingga menimbulkan suara berdengung seperti suara tawon.
  • Diskusi Panel: Suatu bentuk diskusi di mana para pembicara (nara sumber) duduk bersama dalam suatu deretan dan menyampaikan paparan secara berganti-ganti, yang dipandu oleh seorang moderator. Dahulunya para nara sumber ini menempelkan paparannya pada pada papan panel, maka disebut diskusi panel. Syndicate Group: Dalam bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 - 6  peserta, mirip dengan diskusi kelompok, tapi biasanya topik yang dibahas untuk masing-masing sindikat berbeda-beda, dan nantinya baru ditampilkan.
  • Symposium: Simposium adalah diskusi ilmiah. Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah penyangah, moderator, dan notulis, serta beberapa peserta symposium.
  • Informal Debate: Bentuk diskusi dibagi menjadi dua tim yang seimbang, memperdebatkan sesuatu.
  • Fish Bowl: Diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan pimpinan oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan. Dalam diskusi peserta diskusi maju satu-satu menyampaikan pendapatnya pada ketua diskusi, kemudian ketua diskusi menjaring pendapat masing-masing peserta diskusi.
  • The Open Discussion Group: Bentuk diskusi ini akan dapat mendorong peserta didik agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam mengemukakan pendapat, siapapun boleh menyampaikan pendapatnya secara langsung dalam forum diskusi tersebut.
  • Brainstorming: Bentuk diskusi yang seluruh pesertanya diminta pendapatnya secara berganti-ganti. Biasanya formasi diskusi melingkar atau setengah lingkaran. Peserta yang tidak memiliki pendapat menyatakan pass. Seorang mencatat pendapat-pendapat tersebut, kemudian pimpinan diskusi menyimpulkan hasil diskusi setelah tidak ada lagi pendapat dari peserta yang dikemukakan. 
Kesimpulan
Metode diskusi sangat baik untuk para Penegak dan Pandega, untuk mengasah keterampilan mengemukakan pendapat di depan umum.
Diskusi harus menggunakan etika diskusi, tidak mencari menang sendiri, dan tidak debat kusir.
Diskusi merupakan proses pembelajaran “Learning To Live Together”.    
       
Kepustakaan
  1. Petunjuk Penyelenggaraan Pertemuan Pramuka. Kep. Kwarnas No. 130/KN/76 Kwarnas. Jakarta, 1977.
  2. Petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga dan Petunjuk Penyelenggaraan Lomba tingkat. Kwarnas, 1977.
  3. Sistem Pendidikan dan Latihan dalam gerakan Pramuka, PP Kwarnas No. 18 Tahun 2002.

0 comments:

Post a Comment